Cowboys in Paradise - Kalangan pariwisata Bali tidak terlalu khawatir dengan dampak beredarnya clip video "Cowboys in Paradise" yang menampilkan sejumlah gigolo di Kuta. "Sebaiknya jangan direaksi berlebihan, nanti malah makin heboh saja," kata Ketua Bali Tourism Board Ngurah Wijaya, Senin (26/4).
Cowboys - Wijaya menganggap, Youtube adalah sebuah fasilitas jejaring sosial yang saat ini sedang populer. Tetapi film-film yang ditampilkan di situ bukanlah film yang dibuat dengan serius sehingga memiliki pengaruh yang luas. Biasanya, kata dia, film seperti itu hanya akan populer dalam sesaat.
Wijaya sendiri mengakui adanya fenomen gigolo di pantai Kuta tetapi jumlahnya tidak seberapa. Sebagian besar turis tetap datang ke Bali karena keindahan pantai dan adat istiadatnya. "Jadi, samasekali bukan karena daya tarik masalah seks. Kalau yang seperti itu yang dipromosikan pasti akan kami tentang," ujarnya.
Tokoh masyarakat Kuta, Made Piping menyatakan hal yang sama. Menurutnya fenomena gigolo di Kuta hanyalah hal yang alamiah ketika tamu asing datang ke Bali dan tertarik dengan pemuda yang ada di pantai. "Tapi ini sama sekali bukan industri seks yang diorganisir secara rapi," kata tokoh surfing di Kuta ini.
Piping justru mempertanyakan, mengapa tidak ada perhatian sama-sekali dari pemerintah terhadap keberadaan anak-anak pantai yang mempopulerkan Bali dengan menyewakan papan dan mengajarkan surfing kepada para wisatawan. Mereka itu, kata dia, sejatinya adalah promotor sejati bagi pantai Kuta karena membuat turis benar-benar jatuh cinta kepada Bali. "Orang yang menjadi gigolo pun sedikit sekali," kata Pimpinan Umum majalah Surfing Magic Wave itu.
Selain itu, kata dia, pemerintah tidak pernah benar-benar berupaya mempromosikan Kuta sebagai pantai tujuan surfing di dunia.
Film dokumenter "Cowboys In Paradise" yang menggambarkan kehidupan gigolo di pantai Kuta Bali bertengger di situs Youtube. Film ini dibuka dengan adegan seorang pria lokal yang mengaku seorang gigolo. Pria berambut panjang dan berkulit gelap itu tengah berseliwear di pantai dan mendekati para turis asing wanita. Ia membuka percakapan santai dan bersahabat. Lalu, sang gigolo pun menawarkan diri untuk menemani mereka berlibur, sekaligus menjadi pemandu.
Cowboys - Wijaya menganggap, Youtube adalah sebuah fasilitas jejaring sosial yang saat ini sedang populer. Tetapi film-film yang ditampilkan di situ bukanlah film yang dibuat dengan serius sehingga memiliki pengaruh yang luas. Biasanya, kata dia, film seperti itu hanya akan populer dalam sesaat.
Wijaya sendiri mengakui adanya fenomen gigolo di pantai Kuta tetapi jumlahnya tidak seberapa. Sebagian besar turis tetap datang ke Bali karena keindahan pantai dan adat istiadatnya. "Jadi, samasekali bukan karena daya tarik masalah seks. Kalau yang seperti itu yang dipromosikan pasti akan kami tentang," ujarnya.
Tokoh masyarakat Kuta, Made Piping menyatakan hal yang sama. Menurutnya fenomena gigolo di Kuta hanyalah hal yang alamiah ketika tamu asing datang ke Bali dan tertarik dengan pemuda yang ada di pantai. "Tapi ini sama sekali bukan industri seks yang diorganisir secara rapi," kata tokoh surfing di Kuta ini.
Piping justru mempertanyakan, mengapa tidak ada perhatian sama-sekali dari pemerintah terhadap keberadaan anak-anak pantai yang mempopulerkan Bali dengan menyewakan papan dan mengajarkan surfing kepada para wisatawan. Mereka itu, kata dia, sejatinya adalah promotor sejati bagi pantai Kuta karena membuat turis benar-benar jatuh cinta kepada Bali. "Orang yang menjadi gigolo pun sedikit sekali," kata Pimpinan Umum majalah Surfing Magic Wave itu.
Selain itu, kata dia, pemerintah tidak pernah benar-benar berupaya mempromosikan Kuta sebagai pantai tujuan surfing di dunia.
Film dokumenter "Cowboys In Paradise" yang menggambarkan kehidupan gigolo di pantai Kuta Bali bertengger di situs Youtube. Film ini dibuka dengan adegan seorang pria lokal yang mengaku seorang gigolo. Pria berambut panjang dan berkulit gelap itu tengah berseliwear di pantai dan mendekati para turis asing wanita. Ia membuka percakapan santai dan bersahabat. Lalu, sang gigolo pun menawarkan diri untuk menemani mereka berlibur, sekaligus menjadi pemandu.